Universitas
Islam Malang

Universitas
Islam Malang

Belajar dari Kepergian Eril, Sang Syahid Pencari Ilmu Sejati

 

UNISMA – Ratusan karangan bunga belasungkawa mengelilingi Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jawa Barat. Desain ucapan duka membanjiri dunia maya. Selamat jalan Mas Eril. Ini adalah tanda bahwa Mas Eril pemuda harapan bangsa Indonesia.

Emmeril Kahn Mumtadz meninggal dunia di usia 23 tahun. 23 tahun hidup dan berjuang di dunia, Eril, begitu dia disapa, meninggalkan jejak berharga di Sungai Aare, Swiss.

Peristiwa ini meninggalkan setidaknya dua pelajaran penting. Pertama, tentang kemanusiaan. Mas Eril dinyatakan meninggal dunia setelah delapan hari dilaporkan hilang setelah terseret arus Sungai Aare. Eril hanyut pada Kamis (26/5/2022) lalu.

Indonesia, bahkan dunia, ikut menyaksikan luka mendalam bagi Ridwan Kamil dan istrinya, Atalia Praratya. Mereka melepas kepergian anak sulungnya itu dan mengikhlaskan sepenuhnya serta meyakini bahwa Mas Eril telah meninggal dunia karena tenggelam.

Pihak otoritas di Swiss telah mengubah status pencarian Mas Eril dari yang awalnya orang hilang (missing person) menjadi status mencari orang yang tenggelam (drowned person). Sang Ayah, Ridwan Kamil, dengan sabar menyisir bibir sungai dengan tongkat kayu sederhana.

Tim gabungan dikerahkan untuk mencari keberadaan Mas Eril. Konsepsi menjadi makhluk hidup sejatinya adalah pengabdian. Mas Eril menunjukkan sikap kedewasaan yang matang. Dia memberikan arti kemanusiaan (humanity) yang bermuara kepada saling tolong menolong.

Kedua, tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan anak Indonesia. Eril beserta keluarganya berangkat ke Swiss tujuannya mencari referensi sekolah ke jenjang Pendidikan S2. Ia mengajarkan kepada kita semua, bahwa mencari ilmu tidak mengenal batas ruang dan waktu.

Dalam Hadist Riwayat Muslim menyebut “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” Hadist Riwayat Tirmidzi juga menyampaikan bahwa “Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang,”

Kini, Mas Eril telah pulang memenuhi panggilan Maha Kuasa, Allah SWT. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan umat islam untuk menggelar salat gaib. Kepeduliannya kepada dunia pendidikan patut kita pelajari dan kita tiru.

Orang yang meninggal dunia di jalan Allah SWT tergolong mati syahid. Di antaranya adalah orang yang melaksanakan dakwah amar makruf nahi munkar, orang yang belajar menuntut ilmu, orang yang mengajarkan ilmu, orang yang menegakkan keadilan, orang yang mengusahakan terciptanya kesejahteraan, orang yang menegakkan kebenaran dan membasmi kejahatan, orang yang membantu dan meringankan beban orang lain.

Semua itu masuk dalam makna fi sabililah (di jalan Allah). Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali.” (HR Tirmidzi).

Cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH. Ghozi Wahab Hasbullah turut menyampaikan duka yang mendalam atas wafatnya Mas Eril. Saat takziyah, KH Ghozi Wahab Hasbullah meminta Ridwan Kamil untuk tidak berduka secara berlarut-larut. Sebab Eril adalah milik Allah SWT dan wafat dalam keadaan syahid ukhrowi.

“Pak Ridwan Kamil tidak boleh berduka berlebih-lebihan. Karena Eril itu milik Allah, dan wafatnya pun syahid ukrowi. Orang yang tenggelam wafatnya, wafat, syahid ukrowi,” kata KH. Ghozi Wahab Hasbullah, dilansir dari TIMES Indonesia.

Sebagai Hamba Allah, sudah sepatutnya kita belajar dari peristiwa duka meninggalnya Mas Eril, putra sulung Ridwan Kamil. Dia adalah pejuang ilmu yang kembali ke hadirat Allah dalam keadaan (InsyaAllah) syahid. (*)

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
On Key

Related Posts