Thoriq Al Anshori (Dosen Fakultas Agama Islam & Sekretaris Pesantren Kampus Ainul Yaqin Universitas Islam Malang)
Waktu adalah ro’sul maal atau bekal utama seorang hamba tinggal di dunia yang fana’ ini. Jika dapat memanfaatkannya dengan baik maka beruntunglah, jika sebaliknya maka sengsaralah. Usia pun juga demikian. Para Ulama berpendapat diantara alasan mengapa seseorang masih diberikan kehidupan hingga saat ini adalah Allah ingin memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk memperbaiki diri. Apalagi usia umat Nabi SAW tidak begitu banyak jika dibandingkan dengan umat umat terdahulu. Namun Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah menyatakan :
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur umat ku, ada diantara 60-70 tahun dan yang lebih sangat sedikit sekali.” (Hadīts riwayat At Tirmidzī nomor 3550 dan Ibnu Mājah nomor 4236).
Mengatur waktu adalah keniscayaan yang harus benar-benar diupayakan seseorang yang ingin baik dunia akhiratnya. Prof. Dr. Muhammad Hasan Hitou saat seorang pakar Fiqh dan Ushul Fiqh asal Suriah yang juga penulis Al Mausuah al Fiqhiyah Limadzhabil Imam As Syafii (Ensiklopedia Fiqh Madzhab Imam Syafii) 170 jilid pernah menasehati murid-muridnya bahwasannya jika ingin benar-benar menjadi penuntut ilmu yang paripurna maka harus mencurahkan segala daya upaya serta waktu murni hanya untuk ilmu. Bahkan beliau pernah menceritakan semasa menuntut ilmu di Al Azhar Mesir bahwa kehidupannya hanya berada pada 3 tempat yaitu masjid, kamar dan perpustakaan. Tiada hari tanpa 3 hal tersebut sehingga jadilah beliau menjadi Ulama dunia yang karya-karyanya dapat dinikmati oleh orang seluruh dunia. Bahkan beliau memberikan syarah kitab al Mankhul min ta’liqotil Ushul karya Imam Al Ghozali yang dikenal sebagai kitab Ushul Fiqh penuh teka teki. Kitab ini pun menjadi mudah difahami berkat tahqiq beliau ini hingga al Azhar mengeluarkan keputusan bahwa karya beliau ini adalah karya yang wajib dipublish untuk kebaikan umat.
Tentu itu semua didapatkan bukan hanya dengan membalikkan tangan semata. Namun penuh dengan tetesan keringat darah dan air mata yang tak luput pula curahan waktu yang benar-benar sepenuhnya untuk ilmu. Maka dari itu tak heran jika ungkapan arab menyatakan :
العلم إذا أعطيته كلك أعطاك بعضه، وإذا أعطيته بعضك لم يعطك شيئاً
“Ilmu itu bila engkau mengerahkan semua yang kau miliki maka ia tidak akan memberikanmu melainkan hanya sebagian saja. Dan bila engkau hanya mengerahkan sebagian kemampuanmu maka ia tidak akan memberikanmu bagian sedikit pun.”
Maka sepatutnya seseorang benar-benar menghargai waktunya sehingga ia tak akan pernah menyia-nyiakan waktunya untuk hal hal yang tanpa faidah. Tak akan mencurahkan kecuali hanya untuk keta’atan dan dengan mengetahui harga waktu ia akan dapat mengedepankan skala prioritas sehingga mengerjakan segala hal yang paling penting dari yang penting. Oleh karenanya para ulama terdahulu sangat bersemangat untuk mengatur waktunya dan mereka tidak rela waktu terbuang sia sia tanpa faidah. Waktu ini dimiliki oleh siapapun, kaya miskin tua muda semua memiliki waktu maka yang paling beruntung diantara mereka adalah yang paling pandai memanfaatkan waktunya. Syair Arab menyatakan:
والوقت أنفس من عنيت بحفظه, وأراه أسهل ما عليك يضيع
“Waktu adalah harta paling berharga yang pantas untuk engkau jaga, tapi aku melihat waktu itu adalah hal yang paling mudah untuk disia-siakan.”
Oleh: Thoriq Al Anshori (Dosen Fakultas Agama Islam & Sekretaris Pesantren Kampus Ainul Yaqin Universitas Islam Malang)