Universitas
Islam Malang

Universitas
Islam Malang

Seminar Nasional Hadirkan Tokoh NU, Kaji Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari

Universitas Islam Malang (Unisma) kembali menggelar Seminar Nasional dengan tema Pemikiran dan Gerakan Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari, Dalam Merawat Jagat dan Membangun Peradaban Dunia.

Seminar tersebut digelar Rabu (6/3) kemarin di Hall Abdurrahman Wahid , Gedung Ali Bin Abi Tholib Lantai 7 ini diikuti  oleh seluruh civitas akademika Unisma dan dihadiri oleh Ketua PWNU Jawa Timur KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) dan Ketua PBSDM PWNU Jatim, Prof. Dr. K.H Ali Maschan Moesa, M.Si. Kedua tokoh NU tersebut merupakan  narasumber dalam Seminar Nasional ini.

Rektor Unisma, Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si dalam sambutannya berharap kegiatan ini bisa membuka cakrawala baru atau mengungkit terhadap peristiwa- peristiwa lama yang pernah dilakukan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Prof. Maskuri mengatakan bahwa KH Hasyim Asy’ari mempunyai julukan yang sangat istimewa : hadratussyaikh. Ini menunjukan sekaligus memposisikan KH Hasyim Asy’ari sebagai tokoh sentral pendirian NU dan sekaligus Rois Akbar dengan keilmuan yang luas.

Rektor Unisma juga menjelaskan, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, bukan hanya tokoh nasional tapi juga tokoh internasional. Pemikiran besar dan gerakannya dapat mempersatukan umat dunia.

Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, juga merupakan salah satu pelopor komite hijaz, yang saat itu Arab Saudi masih pada satu mazhab sehingga kini lebih inklusif dan bisa menerima seluruh mazhab.

“Termasuk muktamar, melalui ibadah haji merupakan pemikiran dari hadratussyaikh bersama dengan KH. Wahab Hasbullah. Sehingga persatuan dan kesatuan melalui pelaksanaan ibadah haji yang telah didesain oleh Arab Saudi dan komite hijaz bagian dari mempersatukan umat Islam di dunia,” ungkap Prof. Maskuri.

Ketua Umum Forum Rektor PTNU ini juga berharap, literasi-literasi bangsa Indonesia terutama dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang diperjuangkan oleh umat Islam terutama tokoh-tokoh NU nyaris tidak terurai dan tidak tersampaikan kepada para pelajar di Indonesia.

“Ini menjadi bagian tanggung jawab kita bersama agar generasi bangsa ini mengenal tokoh-tokoh Islam yang memiliki andil besar dalam kesatuan Republik Indonesia,” ungkap Prof. Maskuri.

Sementara itu, Gus Kikin menceritakan perjalanan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Dimulai dari pemikiran-pemikiran yang tidak hanya bangsa Indonesia, tetapi lebih ke umat Islam secara keseluruhan.

Gus Kikin menyampaikan, Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari sejak di Makkah ada pemahaman mengenai kebangsaan yang dipelajari dari Syekh Nawawi Al Bantani yang merupakan ulama besar.

Ketika Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari, kembali dari Makkah tahun 1899, pemikirannya sudah penuh dengan gagasan untuk kemerdekaan Indonesia.

“Sebelum kembali ke Indonesia. Beliau berikrar bersama enam sahabatnya di depan Multazam untuk berusaha memerdekakan bangsanya masing-masing,” terang Gus Kikin.

Hal senada juga disampaikan oleh KH Ali Maschan Moesa tentang Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat sederhana dengan pemikiran out of the box. Dalam artian tidak tekstual akan tetapi kontekstual. “Betapa kemaslahatan umat lebih dipentingkan oleh beliau,” ucap Kiai Ali Maschan Moesa.

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
On Key

Related Posts