Universitas Islam Malang menggelar sarasehan bertajuk “Transformasi Pendidikan NU Menuju Indonesia Emas untuk Kemaslahatan Umat” pada Kamis (13/2). Sarasehan ini menjadi satu upaya strategis yang bertujuan untuk memetakan arah pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) dalam menghadapi tantangan era digital.
Rektor Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D menjelaskan dunia pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. “Hanya dengan kita menguasai teknologi maka perkembangan teknologi itu tidak akan menggilas. Kita harus menjadi pelaku dalam perkembangan teknologi yang kemudian dimanfaatkan untuk pengembangan pendidikan,” ujar Prof Junaidi.
Untuk itu nilai-nilai luhur yang diyakini oleh NU melalui ahlussunnah wal jamaah harus dijunjung dalam pengembangan pendidikan. Ainun Naim, Ketua Lembaga Pendidikan PBNU menjelaskan nilai toleransi, perdamaian dan tawadhu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, bisa menganarkan pada kebermanfaatan.
Dalam kesempatan ini, Prof. Dr. Ainun Naim, Ph.D, Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) sebagai narasumber utama, berbicara mengenai peran LPTNU dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berdaya saing global untuk kemaslahatan umat. Ia menyampaikan bahwa Unisma telah menunjukkan kontribusinya dalam mewujudkan tagline “Unisma, dari NU untuk Indonesia dan Peradaban Dunia.”
“Ini adalah pencapaian luar biasa, terutama di tengah kecemasan yang disebabkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi, termasuk kecanggihan AI,” katanya.
Kecemasan yang dimaksud oleh Prof. Ainun terkait dengan dampak teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), yang seringkali membawa kebingungan atau masalah, seperti yang sering terjadi dengan aplikasi seperti Google Maps yang bisa mengarah pada jalan buntu. Namun, menurutnya, teknologi tetap memiliki potensi besar jika digunakan dengan bijak, tentunya dengan kebijakan positif yang mengarah pada kemaslahatan umat.
Sementara itu, Prof. Ali Ramdhani, Ketua LP Maarif NU, diwakili Drs. H. Haryanto, M.A., dalam diskusinya menyampaikan mengenai transformasi pendidikan di tingkat dasar dan menengah yang harus mampu menghadapinya dalam pusaran globalisasi. Ia menekankan bahwa kunci bagi Indonesia Emas yang tercermin dalam generasi mendatang adalah adab dan akhlakul karimah.
“Karakter harus menjadi prioritas dalam pendidikan NU, karena pendidikan tanpa karakter hanya akan menciptakan generasi yang kehilangan arah,” jelasnya. Menurutnya, pendidikan yang menekankan adab berdasarkan nilai-nilai Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah menjadi tantangan utama dalam pengembangan pendidikan di lingkungan PBNU.
Sarasehan ini mencerminkan komitmen Unisma dalam terus berperan aktif dalam mengembangkan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman, namun tetap berpegang pada nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas NU. Dengan tema besar yang diangkat, acara ini menjadi sarana penting bagi para pendidik untuk memperdalam pemahaman tentang bagaimana pendidikan berbasis NU dapat bersaing di tingkat global tanpa mengabaikan nilai-nilai moral dan agama.