Universitas
Islam Malang

Universitas
Islam Malang

Unisma Kukuhkan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Hortikultura Dan Ilmu Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Universitas Islam Malang menggelar pengukuhan dua guru besar (gubes) yakni Prof Dr Hj Mahayu Woro MP Bidang Ilmu Hortikultura dan Prof Hj Dyah Werdiningsih MPd bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra indonesia. Kedua gubes tersebut menambah daftar Gubes yang ada di Unisma menjadi 22.

Rektor Unisma Prof Dr H Maskuri MSi Menyebutkan capaian tersebut merupakan buah dari perjuangan dan kerjasama seluruh sivitas akademika Unisma. Penambahan dua guru besar tersebut juga menjadi salah satu modal untuk mengembangkan Unisma dan juga bersaing dengan Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia. Dalam hal penjaminan mutu, Unisma sudah menjadi rujukan terutama oleh perguruan tinggi swasta di Indonesia.

“Unisma memiliki mimpi besar, bahkan tahun 2023 sudah diawali dengan milestone entrepreneur university,” tuturnya.

Dalam waktu dekat akan ada tambah 4 guru besar. Terdapat pula 50 dosen yang sudah siap naik level dari lektor kepala menuju ke gubes. Sementara jumlah lektor yang menuju lektor kepala telah mencapai 200 orang. “Sepuluh tahun yang akan datang kita akan panen profesor-profesor hebat,” tuturnya.

Dalam Orasi Ilmiah Prof Hj Dyah Werdiningsih MPd yang berjudul “Mencintai Bumi Melalui Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) Berwawasan EKoliterasi”, ia menyebutkan bahwa perubahan ekosistem alam sudah menjadi isu global.

Terjadinya perubahan iklim yang disebabkan oleh pembangunan yang tidak berkelanjutan serta kelalaian manusia menyebabkan banyak flora dan fauna punah.

Sehingga diperlukan perlindungan lingkungan yang tegas dan komprehensif dengan melibatkan pemerintah, industri dan masyarakat.

“Sehingga pendidikan lingkungan penting. Pendidikan BSI berupaya berkontribusi pada peningkatan pemahaman, kesadaran dan perilaku positif siswa dalam pelestarian lingkungan dan mencintai alam semesta,” tuturnya.

Menurutnya peningkatan ekoliterasi berpotensi sebagai solusi yang strategis untuk berkontribusi dalam memecahkan persoalan rusaknya lingkungan hidup bagi bangsa Indonesia, bahkan dunia.

“Pendidikan lingkungan ini hendaknya diberikan dengan mengutamakan aksi nyata, bukan ceramah dan retorika, agar mencapai sasaran yang diharapkan,” imbuhnya.

Sementara itu Prof Dr Hj Mahayu Woro MP membacakan orasi ilmiah yang berjudul “Junggul (Crassocephalum crepidioides), tanaman kaya gizi yang tersisihkan sebagai pendukung ketahanan pangan”.

Indonesia memiliki kekayaan tumbuhan yang beraneka ragam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan mengatasi tingginya jumlah individu yang mengalami malnutrisi. Ketertarikannya pada tanaman junggul ini berawal dari keunikan jenis sayuran yang ada di desa di Indonesia.

Setiap wilayah, menurutnya memiliki kearifan lokal sendiri dalam hal pemanfaatan tumbuhan. Berdasarkan pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan secara terus menerus tersebut, Prof Woro tertarik melakukan pengkajian terhadap tanaman junggul karena punya berbagai potensi.

“Salah satu permasalahan sehubungan dengan ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan. Alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan ketersediaan pangan adalah penganekaragaman pangan yaitu mulai mengenalkan junggul sebagai sayuran fungsional dan diversifikasi konsumsi pangan dengan gizi seimbang,” ungkapnya.

 

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
On Key

Related Posts