Universitas
Islam Malang

Hadir di Unisma, Wakil Presiden RI Bahas Moderasi Beragama

 

Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. (H.C.) KH. Ma’ruf Amin kembali menjadi tamu kehormatan di Universitas Islam Malang (Unisma) pada hari jum’at 19 Januari 2024 bertempat di Auditorium Prof. KH. M. Tholhah Hasan, Gedung Bundar Al-Asy’ari.

Kali ini, Wakil Presiden RI hadir di Unisma dalam rangka memberikan Kuliah Umum dengan tema “Quo Vadis Moderasi Beragama dalam Bingkai Merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Peradaban Dunia” kepada sivitas akademika unisma khususnya dan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya.

Pada kunjungannya di tahun 2019, kampus Unisma dideklarasikan sebagai kampus anti-radikalisma oleh bapak Wakil Presiden Republik Indonesia. Lebih dari itu, UNISMA juga ditunjuk oleh Kementrian Agama sebagai piloting project kampus yang bisa mengembangkan moderasi beragama dan bela negara.

Rektor Unisma, Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si menyampaikan bahwa pihaknya selaku pimpinan kampus terbaik nahdlatul ulama ini telah melakukan berbagai langkah-langkah yang dimasukkan ke dalam program-program strategis termasuk mengembangkan islam moderat dan ini juga build-in di pembelajaran.

“Unisma ini sudah deklair oleh wakil presiden RI tiga tahun yang lalu sebagai kampus pelopor anti radikalisme intoleran maka jika beliau hadir tiga tahun kemudian ini akan memberikan makna tersendiri bagi Unisma” papar Rektor Unisma.

Rektor Unisma menambahkan jika Moderasi beragama juga mempunyai misi yang startegis dalam menciptakan harmoni di dunia. Oleh karenanya konsep Quo vadis moderasi beraga perlu dikawal agar benar-benar bisa mewujudkan perdamaian di seluruh dunia.

Lebih lanjut, Prof Maskuri ngungkapkan moderasi beragama sesungguhnya juga merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik ditingkal lokal, nasional, maupun global.

“Dengan cara inilah masing-masing umat beragama dapat memperlakukan orang lain secara terhormat, menerima perbedaan, serta hidup bersama dalam damai dan harmoni. Dalam masyrarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi bukan pilihan melainkan keharusan.” pungkasnya

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn