Universitas
Islam Malang

Universitas
Islam Malang

PERKUAT DAYA SAING LULUSAN PERGURUAN TINGGI

MALANG. Sabtu, 26 Maret 2016, Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar acara sarasehan yang bertajuk Menyiapkan Tenaga Kerja Terdidik Perguruan Tinggi Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Acara yang dilangsungkan di ruang sidang Umar Bin Khottob tersebut sedianya menghadirkan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia (Menaker RI), Hanief Dakhiri, tetapi Menaker terpaksa batal hadir karena harus bertugas di Jakarta. Ir. Suhadi, M.Si, Direktur Standardisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja, Direktorat Jenderal Pembinaan, Pelatihan Produktivitas Kemenaker RI, mewakili Menaker, menjadi narasumber.

Suhadi menyatakan bahwa, MEA tidak perlu disikapi secara berlebihan, mengingat pemahaman selama ini berkembang bahwa ketika MEA diberlakukan, akan terjadi arus tenaga kerja terdidik dan profssional yang akan datang dan bekerja di Indonesia secara massif. Arus tenaga kerja asing yang terjadi tidak seperti yang dibayangkan, mengingat setiap profesi masih memerlukan kesepakatan dan regulasi yang tidak langsung diterapkan begitu MEA diberlakukan. “Saat ini baru insinyur, arsitek, dan bidang jasa pariwisata yang sudah benar-benar siap melaksanakan MEA, karena tiga profesi itu sudah memiliki standardisasi profesi yang baik,” paparnya.

Ada 12 sektor prioritas dalam MEA, tujuh merupakan sektor barang dan 5 sektor jasa. Termasuk diantaranya adalah produk=produk pertanian, kelautan dan jasa logistik. Di bidang jasa logistic, misalnya, Indonesia masih kalah jauh dengan Negara tetangga Singapura. Untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik Perguruan Tinggi, Suhadi mengingatkan agar Kampus serius melaksanakan Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional (KKNI) yang sudah diluncurkan oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti). “Angka pengangguran terbesar masih disumbang oleh lulusan Perguruan Tinggi dari strata 1 (S1), sementara latar belakang pendidikan tenaga kerja Indonesia dari lulusan S1 dan D3 yakni 11%. “Maka sebaiknya mahasiswa D3 didorong masuk ke pasar kerja dibandingkan meneruskan ke jenjang S1 karena mereka adalah tenaga madya yang akan mengisi pasar kerja terlatih. Sekolah vokasi (kejuruan) dan akademi komunitas juga banyak didirikan di daerah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terlatih madya itu, agar tidak semua teknisi ahli madya didatangkan dari luar negeri untuk kepentingan infrastruktur dan manufaktur.” Pungkasnya.

Wakil Rektor 1 (Warek 1) Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd, PhD, menyatakan bahwa Indonesia memang terkesan tidak siap menghadapi MEA jika dibandingkan dengan Thailand misalnya. “Masih harus kerja keras, utamanya dalam hal penguasaan bahasa asing serta penerapan kurikulum kewirausahaan.” Imbuhnya. Rektor Unisma, Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si menggarisbawahi bahwa Unisma akan bekerja keras dan cerdas guna menyiapkan lulusan Perguruan Tinggi yang memiliki daya saing unggul. Pada kesempatan tersebut, rektor Unisma juga menyerahkan dua buku prosiding seminar internasional Bahasa Indonesia kepada Ir. Suhadi, M.Si, yang didalamnya terdapat rekomendasi terkait Uji Kompetensi Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing yang bisa digunakan Kemenaker RI untuk membuat regulasi terkait ketenagakerjaan (AA)

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
On Key

Related Posts