Universitas
Islam Malang

Universitas
Islam Malang

Cerita Maskuri, Dulu Tukang Cari Rumput, Kini Rektor yang Sukses Memimpin Unisma

From zero to hero. Begitulah kira-kira cerita hidup dari Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Prof Dr H Maskuri, M.Si. Lahir dari keluarga sederhana, rektor berusia 53 tahun ini berhasil mengantarkan kampus Unisma ’naik kelas’ dan menjadi yang diperhitungkan di Indonesia. Salah satu buktinya, beberapa bulan lalu, Unisma meraih peringkat ke-44 dari 2.136 kampus di Indonesia yang dilakukan klasterisasi oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Peringkat ini membawa Unisma menjadi kampus swasta terbaik di Malang Raya pada pemeringkatan tersebut. Lalu, seperti apa resep suksesnya? berikut reportasenya.
Sore sudah mulai larut, Selasa lalu (27/10). Rektor Unisma dua periode yakni periode 2014-2018 dan 2018-2022 Prof Dr H Maskuri, M.Si terlihat masih tenang, meski beberapa rapat masih akan digelar, sore itu.
Berkopyah hitam dan batik kuning kecokelat-cokelatan, alumnus Pesantren Langitan Tuban, Seblak dan Tebuireng, Jombang ini, lantas bercerita pedoman hidupnya, yang dia bawa dalam memimpin Unisma.”Semua bermuara dari keuletan. Kalau kita targetkan hari ini secara logika bisa ya harus bisa tanpa harus menghitung waktu dan jarak,” kata pria yang produktif menulis buku ini.
”Selalu saya katakan, sekikir-kikirnya manusia adalah ketika dia menghitung terhadap waktu dari yang mereka lakukan. Maka kami ini bekerja 24 jam. Artinya, jam berapapun kita ready, mau jam 9 malam atau jam 11 malam,” imbuh alumnus Fakultas Tarbiyah, Unisma ini.

Lahir di Tuban Tuban, 10 September 1967, ia tak memungkiri bahwa pencapaiannya saat ini tidak lepas dari didikan orangtuanya. Yakni, H. Abu syukur (alm) dan Hj. Shofiyah. Maskuri kecil sudah dididik sebagai pribadi yang mandiri. Bahkan tak pernah mendapatkan sikap manja dari orang tua.”Ayah saya petani sederhana, cuma punya mungkin empat petak sawah, sedangkan ibu adalah ibu rumah tangga biasa,” kata pria yang pernah menyandang sebagai Guru Besar termuda di Unisma ini.
Karena lahir dari keluarga sederhana, maka dia ingat betul kalau orang tuanya tidak pernah membiarkan dirinya bersikap manja.”Orang tua itu buta huruf dan tidak pernah memanja anaknya, semua ditempa agar tahan banting,” kata suami dari Hj Rausana, dan ayah dari Arina Diana Fatma, Rifki Alman Faluthi, dan Zahra Esha Karima ini.

Salah satu sikap menempa Maskuri muda adalah, dia pernah menjadi buruh angkut untuk hasil pertanian di desanya.”Ketika masih MI (Madrasah Ibtidaiyah) dan Madrasah Tsanawiyah (MtS) saya mencari rumput untuk hewan ternak kita sendiri, hasilnya buat tambahan uang saku sekolah,” jelas penyuka makanan ikan laut ini.

Tak hanya disitu, keinginannya untuk membalik keadaan masih trus berlanjut hingga duduk di bangku kuliah di Fakultas Tarbiyah, Unisma tahun 1992. Ia pernah berjualan majalah Anak Saleh secara door to door ke sejumlah kantor LP Ma’arif di sekitar Lamongan-Tuban-Bojonegoro.

Uniknya lagi, ketika di akhir semester kuliah (S1), Maskuri turut membantu mengajar Kitab Nawawi di salah satu yang berada di Kota Batu. Kegiatan tersebut ia lakukan rutin setiap habis maghrib sampai hingga isya tanpa imbalan sepserpun.
“Imbalannya hanya setahun sekali dikasih imbalan baju, tapi kalau uang transport dan sebagainya saya sendiri. Padahal, waktu itu ongkosnya dari Dinoyo ke Batu naik bemo itu ya lumayan. Tapi tetap saya lakukan selama beberapa tahun sampai wisuda ,” kenangnya.

Pada saat itu, bapak tiga anak ini memang tak ingin mencari keuntungan.” Niatnya hanya untuk mengamalkan ilmu aja,” tambahnya.

Suami Hj. Rausana M. Pd ini merasa bahwa tidaklah baik untuk selalu menolak pekerjaan. Sebab, pekerjaan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. “Karena siapapun yang memberikan kepercayaan akan saya pegang teguh sehingga tidak alasan untuk saya memilih pekerjaan, apapun saya lakukan dan laksanakan dengan sebaik-baiknya,” kata pria yang pernah ikut program Short Course di Canada ini.
Selain itu, kunci sukses lainnya adalah, dia selalu meminta doa orang tua, khususnya ibu, dalam beraktivitas.”Doa orang tua luar biasa, langsung tembus ke langit tujuh,” pungkasnya.

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
On Key

Related Posts