Universitas
Islam Malang

Universitas
Islam Malang

Thailand Negara Tujuan KKN PPM Mahasiswa Unisma

Tiga mahasiswa Universitas Islam Malang (Unisma) mengembangkan eksistensi mereka di kancah internasional. Kali ini mereka berkiprah dalam program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di Tha-it Suksa School, Nonthaburi Pak Kret Bangkok, Thailand.

Mereka adalah Suriati, Aliya Erdina dan Alvianur Salamah Rahayu. Ketiganya dari Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Agama Islam. KKN PPM dimulai sejak (14/11) lalu. Rencananya sampai 9 Februari 2023 mendatang. “Kami masih seminggu disini. Tentu kami ingin berbuat yang terbaik disini, dengan belajar dan mengajar di sekolah ini,” ujar Ketua Kelompok KKN PPM, Suriati, Jumat (18/11) kemarin.

Suriati selaku ketua kelompok KKN PPM menjelaskan bahwa KKN PPM adalah kegiatan intrakurikuler. Program ini memadukan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Metode dengan memberikan pengalaman belajar dan bekerja kepada mahasiswa, dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Tidak semua mahasiswa bisa melaksanakan tugas KKN di luar negeri. Mereka harus melalui berbagai tahapan seleksi, terutama seleksi kemampuan bahasa Inggris. Untuk penempatan timnya tidak mengalami kesulitab hal ini karena di Thailand Unisma telah memiliki jejaring kerjasama. Baik di sekolah maupun perguruan tinggi.

Selama satu Minggu ini mereka telah melaksanakan tugas mengajar di Tha- it Suksa School. Sekolah ini lengkap. Mulai jenjang SD, SMP dan SMA. “Jadi kami bertiga berbagi tugas, ada yg mengajar SD, ada yang ngajar SMP, dan ada yang mengajar di SMA,” paparnya.

Suriati dan dua temannya bersyukur mendapat kesempatan bisa mengajar di sekolah luar negeri. Banyak pengalaman yang tentunya akan mereka dapatkan dari program ini. Salah satunya diberi kesempatan untuk mengajar Bahasa Indonesia di SMA Tha-it Suksa.

“Saya merasa bersyukur dan bangga karena dapat melaksanakan KKN di luar Negeri. Apalagi siswa-siswi disini sangat antusias untuk belajar bahasa Indonesia sehingga membuat saya semangat untuk mengajar,” ungkapnya.

Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti. Hanya ada beberapa tantangan yang harus mereka hadapi. Salah satunya bahasa. Karena tidak semua guru atau siswa di Tha-it Suksa School memahami Bahasa Inggris. “Kami harus beradaptasi di lingkungan yang baru ini, sebab mayoritas tidak bisa berbahasa Indonesia dan Bahasa Inggris,” ucap Suriati.

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
On Key

Related Posts